Seribu Wajah Alia

Alia adalah sosok yang memiliki semangat belajar yang tinggi dan berusaha mengikuti setiap materi perkuliahan dengan baik. Sebagai dosen, saya salut dengan keinginan Alia untuk kuliah lagi meski sudah bekerja dan berkeluarga.
Alia saat travelling di Budapest, Hungaria. 



Semester berganti, saya tidak lagi berjumpa dengan Alia di lingkungan kampus. Hingga sampai akhirnya melalui media sosial, saya bertemu kembali dengan Alia. Melalui media sosial akhirnya Alia bercerita jika ia Odapus (Orang Dengan Penyakit Lupus). 

 "Aku terserang Lupita Jones"

Awalnya Alia tidak menyadari gejala awal Lupus. Ia hanya merasa sering demam (nggak enak badan), sakit kepala, dan sering ada lebam di kulit. Gejala yang juga ia rasakan, menjadi mudah letih, insomnia, dan kakinya sering bengkak. 

"Saya nggak terlalu ambil pusing waktu itu, saya pikir kecapean aja. Soalnya kalau sudah rileks, bengkak di kaki hilang sendiri," ujar Alia. Ternyata setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut bengkak di kaki Alia karena ginjalnya bocor protein, yang diserang Lupita Jones (Nama kesayangan Lupus yang dibuat Alia).  Untuk kategori ini, Alia mengidap Lupus Nefritis/Ginjal. 

Serangkaian test dilalui Alia, dari mulai test darah (ACA/ANA, anti-DSDNA, C3,C4, trombosit , dll), hingga  test urine protein kuantitatif. Begitu hasil test darah ANA dan anti DSDNA dinyatakan positif, tim dokter yang menangani mulai riset lanjutan. 

Karena Lupus ada bermacam-macam jenis dan dan tingkatannya, serta berbeda-beda efek yang dihasilkan makanya penyakit Lupus ini disebut penyakit seribu wajah. Kasus yang dialami Alia, berdasarkan hasil pemeriksaan urin protein kuantitatif, ternyata albuminnya jauh dibawah normal yang menyebabkan ginjalnya bocor protein.  Organ lain seperti Jantung dan Paru juga terus dipantau, apakah  terinfeksi atau tidak? Biopsi juga dijalankan Alia untuk mengetahui level penyakit Lupus yang dideritanya. Serangkaian pemeriksaan dan pengobatan dilalui Alia dengan motivasi terbesar dari keluarga tercinta.


Dukungan Isra Darma sang suami, Galih, dan Jenar, kedua buah hati mereka menjadi penyemangat. Alia berusaha untuk memotivasi dirinya, karena saat ini masih banyak angan yang ingin dicapai. Sebagai istri dan ibu, Alia ingin merawat dan mendamping kedua anaknya. Ia menantikan, saat-saat Jenar tumbuh dewasa hingga ia dapat memberitahu tentang masa-masa menstruasi yang akan dialami Jenar. 
Selain itu sebagai Odapus, ia ingin berbagi dengan orang lain dengan bisa saling mengkuatkan di masa penyembuhan. Sama dengan HIV/AIDS, ada juga stigma yang dialami Odapus seperti Alia ungkapkan, "Lupus tidak bisa disembuhkan dan merupakan penyakit menular yang mengerikan, Odapus tinggal menunggu hari."


Mengingat Lupus seringkali menyerang organ internis yang tidak mudah dan tidak murah biaya pengobatannya. Alia memberikan gambaran bagaimana pola pengobatan penyakit Lupus yang memang tidak mudah dan berbeda-beda dari tiap kasus. Terkadang ia dan saudara-saudaranya mengumpulkan dana untuk pengobatan Odapus lainnya yang membutuhkan dan mengarahkan Odapus lain untuk bergabung di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

"Saya Tetap Ingin Membantu Orang Banyak"  

Dengan bergabung di YLI, Odapus dapat sharing dan memperoleh pengobatan yang lebih terjangkau di Rumah Sakit Kramat 128. Namun, menurutnya hal ini juga belum bisa mencover Odapus yang di luar Jakarta. Karena biaya perjalanan ke Jakarta juga sudah berat bagi mereka dan akhirnya treatment pengobatan Odapus tidak maksimal. Harapan untuk pengobatan yang lebih baik bagi kaum Odapus dibutuhkan untuk menjangkau mereka yang karena terbatas jarak dan biaya. Alia yang menyukai travelling, masih menyimpan salah satu cita-cita membangun "Rumah Hati Senang" sebagai rumah singgah dan sharing untuk healing sakit fisik dan psikis. "Sebagai seorang Odapus, saya tetap ingin bisa membantu dan berguna buat orang banyak," kata Alia. 

Komentar