Ada bedanya antara bersabar dengan menahan amarah...bersabar berarti kita benar-benar melepaskan segala emosi kita dan tidak memendamnya hingga suatu ketika itu tidak akan meledak. Sedangkan kalau menahan amarah, sewaktu-waktu kita bisa saja melempar piring, hanya karena luka itu kembali terbuka dengan hal yang simpel. Renungan ini, pop- up ketika berada di Masjid Istiqlal untuk shooting minggu lalu. Rasanya gue memang harus belajar untuk sabar dan masa bodoh dengan luka yang ditimbulkan oleh orang lain. Bukannya orang yang mulia hatinya itu, orang yang mau memaafkan orang lain dan melupakan kesalahannya.
Pernah terluka bahkan sering kali terluka itu menandakan diri kita memang diuji kesabarannya...
Tapi hal ini, bukan berarti tanpa hambatan, kadang emosi menggelapkan dan menenggelamkan diri pada amarah yang tak kunjung padam. Tapi pelan dan pasti aku mau memulai hal ini...Yang lalu biarlah berlalu, biar saja Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang itu menunjukkan mengapa banyak hal yang perlu kita telaah dalam hidup ini.
Satu kejadian yang pernah menyayat hati, pasti ada penyembuhnya...mungkin bukan betadine yang bisa dibeli...hati seseorang itu tidak bisa dibeli tapi dengan segala kesadaran luka itu bisa saja mengering dan kalaupun berbekas itu merupakan pertanda untuk kita bisa melaluinya lagi dengan penuh kesabaran...bukan memakinya karena telah membuat kulit kita rusak dan tidak semulus dulu lagi. Anggap saja itu, trophy dari kesabaran hati, yang patut kita agung-agungkan keberadaannya...
Mengingatnya, untuk lebih mengenal Tuhan lebih dalam lagi dengan segala Kasih Sayangnya...
Pernah terluka bahkan sering kali terluka itu menandakan diri kita memang diuji kesabarannya...
Tapi hal ini, bukan berarti tanpa hambatan, kadang emosi menggelapkan dan menenggelamkan diri pada amarah yang tak kunjung padam. Tapi pelan dan pasti aku mau memulai hal ini...Yang lalu biarlah berlalu, biar saja Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang itu menunjukkan mengapa banyak hal yang perlu kita telaah dalam hidup ini.
Satu kejadian yang pernah menyayat hati, pasti ada penyembuhnya...mungkin bukan betadine yang bisa dibeli...hati seseorang itu tidak bisa dibeli tapi dengan segala kesadaran luka itu bisa saja mengering dan kalaupun berbekas itu merupakan pertanda untuk kita bisa melaluinya lagi dengan penuh kesabaran...bukan memakinya karena telah membuat kulit kita rusak dan tidak semulus dulu lagi. Anggap saja itu, trophy dari kesabaran hati, yang patut kita agung-agungkan keberadaannya...
Mengingatnya, untuk lebih mengenal Tuhan lebih dalam lagi dengan segala Kasih Sayangnya...
Komentar