anpa tas, aku tak berarti …
Perempuan dan tas memang tak bisa dipisahkan, itu sudah menjadi bagian dari aksesories tersendiri. Berbagai merk tas juga menjadi sebuah symbol status bagi pemakainya. Menurut sejarahnya tas baru dikenal penggunaanya setelah perang Dunia Kedua. Bahan yang digunakanpun bermacam-macam mulai dari kulit, kain, vinyl, kulit sintetis sampai kertas seperti yang dibuat dizaman Dinasti Tang menjadi pilihan.
Kebutuhan akan tas pun saat ini bermacam-macam, dari sekadar untuk gaya, tempat menyimpan uang dan hp, penyimpan buku atau hanya sekedar menunjukkan status sosial tertentu dengan menggunakan tas bermerk menjadi pilihan masing-masing individu.
Aku memang tak bisa lepas dari tas, tapi bukan karena pingin terlihat trendy, berdandan masa kini atau ingin dilihat status tertentu. Tapi tas merupakan “Loker berjalan bagiku”. Setiap beraktifitas kadang dua buah tas aku bawa, tas pertama, berupa tas rannsel berisi peralatan kerja dan tas sandang(tas kain ) berisi buku, tempat air, kadang sepatu atau sandal, bahkan kalau lagi memang bawaanya banyak bisa tiga tas aku bawa.
Ingin rasanya menjadikan barang-barang yang aku bawa dalam satu tas, tapi rasanya menjadi repot apalagi saat mencari barang. Makanya kadang didalam tas, masih ada tas-tas kecil lainnya yang berisi alat tulis, make up dan handphone.
Karena terbiasa membawa tas dalam jumlah banyak aku dijuluki “miss gembol” . Bahkan saking melekatnya julukan itu, ada seorang teman melihatku aneh karena aku hanya membawa sebuah tas kecil, saat jalan di sebuah mall. Sampai -sampai dia melihat ke arah punggungku saking tidak percayanya. Katanya, “Ajeng tanpa gembolan bukanlah Ajeng”... celoteh itu juga yang kudapati saat menghadiri resepsi perkawinan salah satu sahabat, yang dengan santainya aku membawa "loker berjalan" ke dalam ruangan resepsi… hingga salah satu sahabatku bertanya “ Mau resepsi, mau ke Mall kalau gak bawa gembolan mang kurang lengkap ya Jeng ?” …
Entah itu telah menjadi kebiasaan atau kebutuhan akhirnya akupun merasa ada yang kurang lengkap kalau cuma bawa tas kecil atau hanya membawa satu tas saat bepergian. Kadang aku perlu mericek kembali apa yang aku bawa, saat menggunakan satu tas kecil, karena jangan-jangan ada yang ketinggalan karena tasnya kecil . Membawa 2-3 tas sekaligus membawa kenyamanan bagiku… dan kalau hanya membawa tas kecil seolah separuh napasku hilang dengan tidak terbawanya satu tas lainnya…
Perempuan dan tas memang tak bisa dipisahkan, itu sudah menjadi bagian dari aksesories tersendiri. Berbagai merk tas juga menjadi sebuah symbol status bagi pemakainya. Menurut sejarahnya tas baru dikenal penggunaanya setelah perang Dunia Kedua. Bahan yang digunakanpun bermacam-macam mulai dari kulit, kain, vinyl, kulit sintetis sampai kertas seperti yang dibuat dizaman Dinasti Tang menjadi pilihan.
Kebutuhan akan tas pun saat ini bermacam-macam, dari sekadar untuk gaya, tempat menyimpan uang dan hp, penyimpan buku atau hanya sekedar menunjukkan status sosial tertentu dengan menggunakan tas bermerk menjadi pilihan masing-masing individu.
Aku memang tak bisa lepas dari tas, tapi bukan karena pingin terlihat trendy, berdandan masa kini atau ingin dilihat status tertentu. Tapi tas merupakan “Loker berjalan bagiku”. Setiap beraktifitas kadang dua buah tas aku bawa, tas pertama, berupa tas rannsel berisi peralatan kerja dan tas sandang(tas kain ) berisi buku, tempat air, kadang sepatu atau sandal, bahkan kalau lagi memang bawaanya banyak bisa tiga tas aku bawa.
Ingin rasanya menjadikan barang-barang yang aku bawa dalam satu tas, tapi rasanya menjadi repot apalagi saat mencari barang. Makanya kadang didalam tas, masih ada tas-tas kecil lainnya yang berisi alat tulis, make up dan handphone.
Karena terbiasa membawa tas dalam jumlah banyak aku dijuluki “miss gembol” . Bahkan saking melekatnya julukan itu, ada seorang teman melihatku aneh karena aku hanya membawa sebuah tas kecil, saat jalan di sebuah mall. Sampai -sampai dia melihat ke arah punggungku saking tidak percayanya. Katanya, “Ajeng tanpa gembolan bukanlah Ajeng”... celoteh itu juga yang kudapati saat menghadiri resepsi perkawinan salah satu sahabat, yang dengan santainya aku membawa "loker berjalan" ke dalam ruangan resepsi… hingga salah satu sahabatku bertanya “ Mau resepsi, mau ke Mall kalau gak bawa gembolan mang kurang lengkap ya Jeng ?” …
Entah itu telah menjadi kebiasaan atau kebutuhan akhirnya akupun merasa ada yang kurang lengkap kalau cuma bawa tas kecil atau hanya membawa satu tas saat bepergian. Kadang aku perlu mericek kembali apa yang aku bawa, saat menggunakan satu tas kecil, karena jangan-jangan ada yang ketinggalan karena tasnya kecil . Membawa 2-3 tas sekaligus membawa kenyamanan bagiku… dan kalau hanya membawa tas kecil seolah separuh napasku hilang dengan tidak terbawanya satu tas lainnya…
Komentar