Perempuan dan sains


Perempuan dan Sains


Pada suatu hari, saya bertanya kepada para mahasiswa, siapa ilmuwan perempuan yang kalian ? dari 80 orang mahasiswa hanya tersebut satu nama yakni, Marie Curie. Hanya Marie Curie, yang sering kita dengar kiprahnya dalam dunia sains dan teknologi lainnya hanya terdengar samar-samar. Hal ini, memang tidak mengherankan karena sering kali ilmuwan perempuan tidak pernah disebut-sebut atau dicantumkan dalam buku tokoh-tokoh ilmuwan yang rata-rata hanya menyebutkan nama ilmuwan laki-laki. Dalam buku 1001 Tokoh Penemu Paling Berjasa Bagi Umat Manusia yang saya miliki sejak SMU hanya ada nama Marie Curie. Kiprah Marie Curie jugatidak lepas dari sepak terjang sang suami Piere Curie. Sebagai seorang individu yang mandiri dan peneliti yang hebat, Marie Curie jarang sekali dibahas secara mendalam.

Kesenjangan gender mengakibatkan peran serta perempuan dalam bidang IPTEK jauh tertinggal. Streotipe, budaya dan tradisi mengakibatkan perempuan memperoleh kesempatan pendidikan yang terbatas jika dibandingkan oleh kaum laki-laki. Hal ini pula yang mengakibatkan keikutsertaan perempuan dalam IPTEK sering sekali diabaikan atau bahkan dihilangkan dalam sejarah.

Kaum perempuan terkadang hanya dijadikan sasaran pasar dari sebuah produk teknologi dan menjadi golongan yang mengalami berbagai ketidak beruntungan dalam bentuk-bentuk sub-ordinasi, perendahan, pengabaian, eksploitasi, pelecehan seksual, tindak kekerasan dan lain-lain terhadap perempuan. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali hal-hal yang berkaitan dengan teknologi atau elektronik diperkenalkan pada laki-laki dan untuk perempuan ditekankan pada pola pengasuhan, perawatan dan pemeliharaan.

Dunia ilmu pengetahuan yang androsentris tidak memperhitungkan perempuan dalam teori dan metodologi. Oleh karena itu banyak perempuan yang memiliki peranan dalam sebuah bidang penelitian disisihkan dan tidak diikutsertakan dalam penyebarluasan ilmu pengetahuan.

Isu tentang keterkaitan antara perempuan dan teknologi mulai muncul menjelang akhir tahun 1970-an meski sebelum itu perempuan telah memiliki kemampuan untuk berperan dalam bidang teknologi namun belum banyak terdengar. Hal ini dikarenakan :
1. Jumlah perempuan yang menekuni bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat terbatas, dan jika perempuan menekuni teknologi digunakan untuk menunjang pekerjaannya yang khas ‘pekerjaan perempuan’ misalnya memasak atau menjahit
2. Bidang ilmu pengetahuan dan teknolohi masih dianggap domain maskulin .

Pada akhir 1970an studi tentang keterkaitan antara perempuan dan teknologi berangsur muncul melalui tiga jenis kegiatan :
1. Analisis sejarah teknologi yang mengungkapkan kontribusi perempuan kontribusi perempuan terhadap penemuan dan pengembangan teknologi;
2. Penelitian mengenai hubungan antara pekerja tradisional perempuan, sebagai produsen dan reprodusen dengan perkembangan dan perubahan teknologi;
3. Kritik nilai-nilai dan kerangka epistemologis yang melandasi studi serta praktek teknologi. Namun, baru pada awal tahun 1980-an studi tentang keterkaitan antara perempuan dengan teknologi dilaksanakan dalam kerangka program studi antar displin mengenai hubungan teknologi dengan masyarakat (Sudrajad,1994).

Perempuan dan pengembangan IPTEK sebenarnya sudah tidak asing, namun karena kesenjangan gender, keterlibatan perempuan seringkali dicantumkan atau bahkan sengaja dihilangkan. Dalam catatan ada beberapa nama perempuan yang berkecimpung dalam dunia penelitian IPTEK, yang antara lain :

1. Marie Curie




Maria Skłodowska-Curie (7 November 1867 – 4 Juli 1934) adalah perintis dalam bidang radiologi dan pemenang Hadiah Nobel dua kali, yakni Fisika pada 1903 dan Kimia pada 1911. Ia mendirikan Curie Institute. Bersama dengan suaminya, Pierre Curie, ia menemukan unsur radium.
Curie adalah salah satu dari sedikit orang yang memenangi dua Hadiah Nobel dalam dua bidang, adalah salah satu peneliti terpenting dalam bidang radiasi dan efeknya sebagai perintis radiologi. Catatan miliknya bersifat radioaktif, sampai baru-baru ini seorang cucu perempuannya mendekontaminasinya.
Marie Curie dibesarkan di Polandia dalam keluarga guru. Karena krisis di Polandia, ia jatuh miskin dan harus hidup hemat. Untuk memperoleh pendidikan ia harus belajar secara sembunyi-sembunyi. Pada tahun 1891 Marie melanjutkan studinya tentang Fisika dan Matematika di Universitas Sorbonne. Baru setelah dia pergi ke Paris untuk sekolah di Universitas Sorbonne maka dia dapat lebih leluasa untuk melakukan riset sampai akhirnya dari bekalnya itu dia mampu mengisolasi radium dari laboratorium tuanya yang sederhana; dari sinilah penemuannya berasal.
Dedikasinya terhadap ilmu pengetahuan sangatlah tinggi. Marie Curie terus bekerja dan menyelediki nuklir dan radioaktif hanya di dalam laboratorium sederhana tanpa memikirkan kepentingannya sendiri. Bahkan ia tidak mau mendaftarkan penemuannya dan mematenkannya karena berpegang teguh pada prinsip, "ilmu pengetahuan adalah untuk umat manusia"

2. Hedy Kiesler Markey atau yang dikenal dengan Hedy Lamarr (tahun)




Hedy Kiesler Markey (Kelahiran Austria 9 November 1914 – January , 2000) yang terkenal dengan film kontroversialnya Ecstasy tidak hanya mampu berakting namun juga mampu mengembangkan IPTEK.

Kepiawaiannya dalam IPTEK membuatnya mampu menghasilkan penemuan pada tahun 1942 “Secret Communication System “ atau Sistem Komunikasi Paten. “Secret Communication System” ini turut membantu upaya militer AS dalam Perang Dunia II. Lamarr juga mengembangkan penemuan “soda pop instant” kering untuk para prajruit disela-sela waktu syutingnya.
Penemuan Lamarr membantu Amerika dalam mengalahkan Nazi pada Perang Dunia II. Teknologi yang ditemukan Lamarr saat ini kita rasakan dalam teknologi telepon selular dan WIFI yang merupakan teknik perpindahan frekuensi.


3. Barbara McClintock





Barbara McClintok, lahir di Hartford, Connecticut, Amerika Serikat, 16 Juni 1902 – meninggal di Huntington, New York, 2 September 1992 pada umur 90 tahun. Ia adalah seorang pakar sitogenetika serta etnobotani, dan menghabiskan banyak waktu di Meksiko serta Amerika Selatan mengkaji pertanian jagung yang diusahakan oleh suku Indian.

Ia menerima Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada Oktober 1983 untuk jerih-payahnya dalam menyingkap keberadaan transposon (jumping gene). Ayahnya seorang ahli fisika dan ibunya seorang pemain piano yang mengajari semua anaknya mengenai kepandaian bermain piano.











4. Birute Galdikas




Birutė Marija Filomena Galdikas, OC Ph.D. (lahir pada 10 Mei 1946 ), adalah peneliti hewan primata, konservasionist, dan ethologis yang melakukan penelitian terhadap orangutan di Kalimantan. Saat ini Galdikas juga masih berkecimpung dalam dunia primata dengan mendirikan sebuah Foundation yang concern dalam melakukan penelitian primata asli Indonesia.

5. Rosalind Franklin


Rosalind Franklin (1920-1958) ialah seorang ilmuwati yang mengadakan penelitian tentang struktur DNA bersama Francis Crick, James Watson, dan Maurice Wilkins dengan difraksi sinar X.
Rosalind Franklin selalu menyukai fakta. Ia berpikir logis dan tepat, dan tak sabar dengan hal-hal yang sebaliknya. Ia memutuskan menjadi ilmuwan saat berusia 15 tahun . Ia lulus ujian masuk Universitas Cambridge pada tahun 1938. Walau keluarganya berada dan memiliki tradisi jabatan pemerintahan dan kedermawanan, ayahnya tak menyetujui pendidikan perguruan tinggi buat wanita. Ia menolak membayar sekolahnya . Sampai akhirnya ia dibiayai oleh salah satu bibinya dan berkata Franklin harus mendapat pendidikan, dan ia akan menanggung biayanya. Ibu Franklin juga berpihak padanya sampai akhirnya ayahnya mengalah.
Perang Dunia II pecah di Eropa pada tahun 1939 dan Franklin tinggal di Cambridge. Ia lulus pada tahun 1941 dan mulai bekerja berbekal gelar doktornya. Karyanya berfokus pada masalah perang: sifat batu bara dan arang kayu serta bagaimana menggunakannya secara efisien. Ia menerbitkan 5 karya pada mata kuliah itu sebelum ia berusia 26 tahun. Karyanya tetap dikutip kini, dan membantu mengajukan bidang serat karbon yang kuat. Pada usia 26, Franklin menerima gelar Ph.D. dan perang barusan selesai. Ia mulai bekerja dalam difraksi sinar-X -- menggunakan sinar X untuk membuat gambar zat padat yang dikristalkan. Ia memelopori penggunaan metode ini dalam menganalisis bahan yang rumit dan tak teratur seperti molekul biologis yang besar, dan tak hanya kristal tunggal.
Ia menghabiskan 3 tahun di Prancis, menikmati suasana kerja, kebebasan masa damai, masakan dan budaya Perancis. Namun pada tahun 1950, ia sadar bahwa jika ia ingin membuat karir ilmiah di Inggris, ia harus kembali. Ia diundang ke King's College di London untuk bergabung dengan kelompok ilmuwan yang sedang mempelajari sel hidup. Pemimpin tim menugasinya berkarya pada ADN dengan mahasiswa pascasarjana. Asumsi Franklin ialah bahwa ini merupakan proyeknya sendiri.
Franklin membuat kelanjutan dalam teknik difraksi sinar-X dengan DNA. Ia mengurus alat-alatnya untuk menciptakan sorotan sinar-X yang amat tajam. Ia mengekstraksikan serat DNA yang baik daripada yang pernah sesungguhnya dan menyusunnya dalam buntelan paralel. Dan ia mempelajari reaksi serat pada keadaan lembab. Seluruhnya memungkinkannya menemukan kunci penting atas struktur DNA. Wilkins menerima datanya, tanpa pengetahuannya, dengan James Watson dan Francis Crick, di Cambridge University, dan mereka saling mendahului dalam perlombaan itu, kemudian menerbitkan struktur DNA yang diajukan pada Maret 1953.
Ia mengepalai kelompok risetnya sendiri di Birkbeck College London. Namun kepala King's membiarkannya berbicara terus pada keadaan di mana ia takkan bisa bekerja pada DNA. Franklin kembali pada studinya tentang batu bara dan juga menyelesaikan kerja DNA-nya. Ia mengalihkan perhatiannya ke virus, menerbitkan 17 kertas kerja dalam 5 tahun. Penemuan kelompoknya meletakkan dasar penemuan virologi struktural.
Selama dalam kunjungan profesional ke Amerika Serikat, Franklin merasa sakit yang segera diketahuinya kanker rahim. Ia terus berkarya sampai 2 tahun berikutnya, melalui 3 operasi dan kemoterapi eksperimental dan remisi 10 bulan. Ia berkarya sampai beberapa minggu sebelum kematiannya pada tahun 1958 pada usia 37.

6. Lise Meitner






Lise Meitner merupakan salah satu bagian dari team penemu fisi nuklir yang menjadi dasar penggunaan tenaga nuklir . Namun sayang disayangkan namanya tidak tercantum sebagai salah satu penerima Nobel atas penemuannya, melainkan hanya diterima oleh Otto Hahn dan Strassman.


7. Jane Goodall
Jane Goodall lahir di London, Inggris pada tahun 1934 dari pasangan Mortimer Herbert- Morris Goodall dan Margaret Myfanwe Joseph. Kecintaan Jane denga simpanse sudah tumbuh sejak kecil. Pada tahun 1957 ia ke Kenya dan bekerja jadi seorang sekretaris pada seorang arkeolog dan paleotologis Louis Leakey yang kemudia mengirimnya ke Tanzania tepatnya di Gombe Stream National Park. Inilah awal ia meneliti tentang kehidupan simpanse. Dari risetnya ia menemukan, bahwa tidak hanya manusia yang memiliki perasaan dan memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang rasional. Ia juga mengamati bagaimana Simpanse berpelukan, berciuman dan bahkan saling menggelitik. Dari pengamatannya ini, ia menemukan beberapa persamaan antara simpanse dengan manusia dalam hal emosional, intelegensia, bersosialisasi dan membentuk keluarga. Untuk mengembangkan penelitiannya Jane Goodall membentuk lembaga riset yang dinamakan Jane Goodall institute guna mensupport penelitian simpanse di Gombe . Jane juga menggunakan jejaring sosial guna seperti facebook dan twitter guna mensosialisasikan risetnya agar diketahui banyak orang.




Keterlibatan perempuan dalam perkembangan IPTEK, beberapa kali berhasil memperoleh penghargaan Nobel. Berikut ini ada beberapa nama perempuan yang berhasil mendapatkan hadiah Nobel dalam bidang IPTEK, yang diantaranya adalah :
• Irene Curie (Kimia, 1935) adalah putri Marie Curie. Dia melanjutkan kerja ibunya di bidang radioaktivitas dan memenangkan Hadiah Nobel untuk menemukan bahwa radioaktivitas dapat diproduksi secara artifisial.

• Gerty Radnitz Cori (Fisiologi atau Kedokteran, 1947) Gerty Cori adalah wanita Amerika pertama yang memenangkan Hadiah Nobel dalam ilmu pengetahuan. Dia memperlajari enzim dan hormon, dan yang akhirnya menghasilkan sebuah pendekatan mengenai penyakit diabetes. Dia memenangkan Hadiah Nobel karena menemukan enzim yang mengubah glikogen menjadi gula dan kembali lagi ke glikogen.


• Maria Goeppert Mayer (Fisika, 1963) Maria meneliti struktur inti atom.. Selama Perang Dunia II ia bekerja pada pemisahan isotop untuk proyek bom atom.

• Crowfoot Dorothy Hodgkin (Kimia, 1964) Dorothy menemukan struktur penisilin dan vitamin B (12). Dia memenangkan Hadiah Nobel untuk menentukan struktur senyawa biokimia penting untuk memerangi anemia pernisiosa.


• Rosalyn Sussman Yalow (Fisiologi atau Kedokteran, 1977) Rosayln Yalow memenangkan Hadiah Nobel untuk mengembangkan radioimmunoassay, tes jaringan tubuh yang menggunakan isotop radioaktif untuk mengukur konsentrasi hormon, virus, vitamin, enzim, dan obat-obatan.

• Barbara McClintock (Fisiologi atau Kedokteran, 1983) Barbara McClintock mempelajari kromosom jagung / jagung dan pekerjaannya menemukan bakteri resisten antibiotik dan kemungkinan obat untuk penyakit tidur Afrika.

• Rita Levi-Montalicini (Fisiologi atau Kedokteran, 1986) Rita adalah neuroembryologist Italia dikenal karena rekan-penemuan pada tahun 1954 faktor pertumbuhan saraf, yang sebelumnya tak dikenal protein yang merangsang pertumbuhan sel-sel syaraf dan berperan dalam penyakit degeneratif seperti penyakit Alzheimer . She received the Nobel Prize in Physiology or Medicine in 1986. Ia menerima Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1986.


• Gertrude Elion (Fisiologi atau Kedokteran, 1988) Gertrude Elion adalah satu-satunya wanita penemu dilantik menjadi The Inventors Hall of Fame. Dia menciptakan obat melawan leukemia-6-mercaptopurine. Her melanjutkan penelitian menyebabkan Imuran, turunan 6-mercaptopurine yang menghalangi penolakan tubuh jaringan asing.

• Christiane Nüsslein-Volhard (Fisiologi atau Kedokteran, 1995) Christiane Nüsslein-Volhard memenangkan Hadiah Nobel menggunakan lalat buah untuk membantu menjelaskan cacat lahir pada manusia.


• Linda Buck (Fisiologi atau Kedokteran, 2004) Buck dan Richard Axel sesama Amerika menemukan bagaimana sistem penciuman-penciuman-karya dan bagaimana orang-orang yang mampu mengenali dan mengingat lebih dari 10.000 bau.

• Françoise Barré-Sinoussi (Fisiologi atau Kedokteran, 2008) Barré-Sinoussi memenangkan Hadiah Nobel dengan Luc Montagnier (baik Perancis) untuk penemuan mereka dari human immunodeficiency virus (HIV) .


• Elizabeth H. Blackburn dan Carol W. Greider (Fisiologi atau Kedokteran, 2009) Blackburn dan Greider, keduanya dari Amerika Serikat, bersama dengan Amerika sesama Jack W. Szostak, memenangkan Hadiah Nobel bagi mereka "penemuan tentang bagaimana kromosom dilindungi oleh telomeres dan enzim telomerase " .


Daftar Pustaka

Attfield, Robin, Etika Lingkungan Global, Kreasi Wacana, 2010
Jim Ottaviani, Perempuan dalam Sains, Kepustakaan Populer Gramedia ,2009
Jurnal Perempuan 15, Wacana Tubuh Perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan, 2004
Jurnal Perempuan 21, Perempuan dan Ekologi, Yayasan Jurnal Perempuan, 2002
Jurnal Perempuan 48, Pengetahuan Perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan ,2006
Jurnal Perempuan 57, Menelusuri Kearifan Lokal, Yayasan Jurnal Perempuan, 2008
Jurnal Perempuan
Marhaeni, Tri Pudji Astuti , Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial, Universitas Negeri Semarang Press, 2008
Susanto, Harry PS.,Mitos, Kanisius, Yogyakarta, 1987
Ulasan Berita Surat Kabar, Masalah Gender, Kesehatan dan Lingkungan di Indonesia, Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, Jakarta 2009
Situs :
www.menegpp.go.id
http://www.janegoodall.org/
www.infoplease.com

Komentar