Salah Rok Mini ?


Dalam kurun waktu sebulan ini marak terjadi kasus pemerkosaan di Jakarta, yang di lakukan di dalam angkutan umum. Berdasarkan pengalaman saya, sebagai pengguna jasa angkutan umum di Jakarta dan Depok, 70 persen pengguna jasa angkutan umum adalah perempuan. Namun tingkat keamanan dan kenyamanan amat sangat memprihatinkan. Kejadian yang menimpa Livia mahasiswi Bina Nusantara dan RS seorang pekerja menjadi perhatian banyak orang tak kecuali orang nomor satu di DKI Jakarta. Dalam pernyataannya yang penulis kutip dari Isyana Artharini di situs yahoo.com , Fauzi Wibowo berkomentar sebagai berikut :

"Tindakan pencegahan ini dilakukan agar tidak memancing orang untuk melakukan tindakan asusila," kata Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo kepada wartawan di Jakarta, Jumat, seperti dikutip Antara.

Itu baru satu pernyataan. Foke masih melanjutkan dengan, "Coba bayangkan yang duduk di depan perempuan itu, bagaimana reaksinya melihat ada perempuan pakai rok mini, rada gerak juga kan," tuturnya.


Pernyataan ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan, tidak terkecuali saya. Komentar tersebut jelas-jelas tidak menimbulkan empati pada korban dan kaum perempuan pada umumnya. Banyak korban pelecehan seksual dan pemerkosaan di dera dengan pertanyaan " Memang pakai baju apa kamu tadi ?" atau pertanyaan "Pulangnya kemalaman ya ?"

Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang menyudutkan korban. Saya yakin tidak ada satu korbanpun ingin dirinya dilecehkan apalagi di perkosa. Bukan masalah pakaian ataupun pulang larut malam yang menjadi permasalahan tapi rendahnya keamanan bagi perempuan dan tidak adanya empati terhadap korban. Korban justru disudutkan dan di persalahkan seolah-olah dirinya lah yang menggumbar nafsu birahi laki-laki dan menyebabkan hal tersebut terjadi pada dirinya.

Persoalan lainnya adalah banyak kasus-kasus pelecehan seksual dan perkosaan yang tak tersentuh hukum. Karena persoalan sosial dan budaya yang menganggap tabu persoalaan ini, sehingga para pelaku tidak ada efek jera bahkan untuk kasus pelecehaan seksual sering kali dianggap sebagai hal yang biasa yang terjadi. Kalaupun ada korban yang melaporkan, ada beberapa yang mengajukan pertanyaan yang memojokkan dirinya.

Perempuan dan masyarakat harus bersama-sama menentang aksi kekerasan seksual yang terjadi belakangan ini bukan dengan membatasi peempuan apa yang hendak ia pakai dan jam berapa ia harus keluar tapi peningkatan keamanan dan kenyamanan di ranah publik. Banyak perempuan yang menggenakan pakaian jauh dari kesan seksi tapi toh tetap menjadi korban pelecehan seksual dan pemerkosaan. Perempuan harus mendapatkan keamanaan dan kenyamanaan apapun yang mereka gunakan dan itulah yang harusnya pemerintah lakukan bukan mendiskriminasi perempuan karena pakaian dan aktivitasnya di ranah publik

Komentar