Semangat yang Tak Kunjung Padam (Memoar of RezkI Hasibuan)


"....hidup ini keras, jadi gue harus berjuang..." - Rezki Perdana Hasibuan

Pertama kali bertemu dengan Rezki aka Kiki di WKM Media Publica. Perawakannyanya yang besar dan atribut khas mahasiswa pada saat itu (rambut gondrong plus celana belel) menjadi ciri khas yang membuat sosoknya mudah di kenali. Terus terang jarang sekali kami berbicara secara khusus tapi ada momen-momen yang saya ingat hingga kini.

Suatu kali, Media Publica mengadakan rapat di lantai IV, agenda yang ingin di bicarakan pada saat itu adalah mundurnya Kiki dari jabatan yang di embannya di MP (kalau tidak salah PU atau PemRed). Dengan suaranya yang lantang, ia mengutarakan uneg-unegnya dan salah satu ucapannya yang selalu aku ingat sampai sekarang adalah ... " Maaf ya Jeng... gue harus lulus ... hidup ini keras, jadi gue harus berjuang...". Pada saat itu, aku menanggapi ucapannya dengan emosional namun saat ini, aku merasa ucapan Kiki pada saat itu mengingatkan diri ini untuk menjadi yang terbaik untuk diri sendiri.

Lama tidak bertemu, kami hanya berkomunikasi melalui milis Media Publica. Ikatan kekeluargaan yang begitu dekat di antara kita membuatjalinan itu tidak pernah putus meski tidak pernah bertemu muka. Salah satunya adalah nasehat yang Kiki berikan pada saat aku hendak menikah di tahun 2007 lalu :

"Jenxx..cerita seperti yang lu alami itu kerap muncul menjelang pernikahan. Pada saat keluarga inti kita oke-oke aja, keluarga kita yang lain malah meracau......".

" Jeng, apa yang lo alami itu "just started" aja. Gue yakin pasti ada ujian-ujian kecil lagi menjelang pernikahan. Jadi siap-siap aja bu, siap mental, siap rohani, jasmani. Selama lo punya tekad kuat pasti semuanya akan terlalui dengan apik.

regards,

Kikuk.

Tak di sangka Kiki yang terlihat cuek, justru mampu memberikan ketenangan buat aku.Kita saling memperhatikan meski tak sering bertemu, sungguh luar biasa rasanya memiliki teman-teman yang mampu memberikan perhatian meski jauh dan hanya lewat kata- kata.

Setelah itu, kami jarang bertemu, sampai ku dengar dia sakit. Tapi meskipun begitu semangatnya tak pernah mati, aku bertemu dengan Kiki dan Wendi, saat demo Cicak dan Buaya di Bundaran HI. Kami sempat berfoto bersama, seolah nostalgia saat demonstrasi dulu. Cuma bedanya setelah itu kami masuk ke mall untuk makan dan tidak makan nasi bungkus... "Kapitalis memang lebih adem..." kata Kiki.

Hari berlalu dengan cepat, sampai ku dengar Kiki harus menjalani cuci darah secara rutin, meskipun begitu di tetap semangat untuk sembuh. Tanggal 14 September, Kiki harus masuk rumah sakit lagi karena pembuluh darahnya pecah. Di tengah jalan aku di kabari Muzal, untuk menunggu Kiki sebentar saat Dian (istri Kiki) pulang ke rumah. Selama menjaga Kiki, terus terang aku deg-degan karena takut terjadi apa-apa.

Inilah waktu terlama aku berbicara berdua dengan Kiki, dari mulai bercerita tentang Darell, keinginannya untuk kuliah dan mendapatkan beasiswa dari luar, keinginan untuk menambah anak lagi dan cerita mengenai tongkat barunya. Tongkat ini, ia beli untuk menopang kakinya saat menonton konser Bad Religion yang akan tampil di Jakarta dan sudah lama ia nantikan. Semangatnya terlihat dari caranya bertutur, dalam kesakitannya. Aku berharap, ia bisa membaik dan ini adalah terakhir kalinya untuk opname.

Namun Allah punya rencana lain, Kiki kembali masuk Rumah Sakit tanggal 25 Oktober dan aku tidak sempat melihat keadaannya karena ia masuk ICU sampai akhirnya ia menghembuskan nafasnya pada tanggal 27 Oktober, aku pun tak sempat mengiringinya sampai ke peristirahatan terakhir.

Bagiku Kiki bukan saja sahabat tapi juga seorang jurnalis yang dengan teguh memegang idealismenya. Gagal ginjal yang mengakibatkannya untuk cuci darah selama 2 kali seminggu tidak membuatnya goyah untuk melepas idealismenya sebagai wartawan yang idependen dan lepas dari kepentingan apapun. Ia menolak untuk mendapatkan fasilitas cuci darah gratis dari sebuah instansi karena takut berpengaruh pada berita yang ia buat. Sedih kehilangan seorang teman yang baik hati dan penuh perhatian tak bisa terlukiskan kata-kata. hmmm.... tapi aku tahu pasti semangatnya tak pernah mati dan tidak ada yang bisa menguburnya..

Perjuangan belum usai !

Komentar