Tana Toraja

Tak pernah terbayangkan sebelumnya berkunjung ke Tana Toraja, ajakan seorang teman yang datang tiba-tiba langsung saya tanggapi dengan semangat. Untuk pertama kalinya saya menjelajah pulau Sulawesi, dengan pesawat Batavia Air saya menuju Makkasar setelah sebelumnya transit terlebih dahulu di Surabaya. Sampai di Makassar saya langsunng di jemput seorang sepupu yang tinggal disana. Menurut keterangan sepupu saya, jika hendak ke Tana Toraja, ada beberapa pilihan bus eksekutif yang nyaman. Lama tempuh Makassar ke Tana Toraja sekitar 8 jam perjalanan, melintasi kota Pare-pare dan bis yang nyaman memang membantu saya menikmati perjalanan malam itu. Bis menuju Tana Toraja ada beberapa poll dengan tarif antara 80 - 150 ribu, bis tersebut memiliki tingkatan kenyamanan yang berbeda dari mulai kursi duduknya, selimut, sampai pada layanan wifi. Setidaknya kenyamanan ini meredakan rasa deg-degan saya melakukan perjalanan seorang diri ke Tana Toraja. Saya berangkat jam 8 malam dari Makassar, jika perjalanan lancar saya akan tiba sekitar jam 4 dini hari. Sesuai pesan teman saya, saya akan berhenti di patung Kerbau, Rante Pao. Karena saya tidak tahu medan, saya meminta konduktur untuk mengingatkan saya kalau jaraknya sudah dekat. Sekitar jam 4 subuh, bis yang saya tumpangi tiba di Tana Toraja. Bolak -balik saya menanyakan sdh sampai di patung kerbau.Akhirnya saya sampai juga di Patung Kerbau, kerbau merupakan hewan yang paling dihargai di Tana Toraja, harga satu kerbau bisa mencapai ratusan juta disini. Tidak lama kemudian saya dijemput mobil hotel. Saya menginap di Toraja Heritage Hotel di Ke'te'kesu, Tana Toraja. Sebuah hotel bintang 4 yang mengadaptasi arsitektur rumah Tongkonan. Disana saya jumpai beberapa rombongan turis yang rata-rata sudah berumur dan berasal dari Eropa. Menurut keterang dari guide yang teman saya sewa, mereka memang sering kedatangan turis dari Eropa. Oleh karena itu beberapa guide disini fasih berbahasa Inggris, Itali dan Perancis. Selepas beristirahat perjalanan Saya di Rante Pao dimulai dengan menghadiri acara Rambu' Solo yaitu acara adat untuk pemakaman, acara ini berlangsung selama seminggu.Dan hari ini beberapa upacara adat akan dilaksanakan, salah satunya adalah acara adu Kerbau. Acara ini berlangsung di salah satu lapangan.
Acara ini bisa menghabiskan biaya hingga milyaran rupiah, bayangkan saja untuk satu Kerbau Tedong bunga harganya bisa mencapai 100 juta rupiah. Dalam acara ini ada juga adu ayam dan penyerahan beberapa hewan dari kerabat berupa Kerbau dan babi yang nantinya akan di potong dan dimasak untuk para kerabat. Jenazah nanti akan dibawa ke tempat pemakaman di tebing atau dibuatkan rumah seperti Tongkonan. Besar makam dan tinggi makam tergantung dari tingkat sosialnya, konon dipercaya juga semakin tinggi makam akan semakin cepat menggapai nirwana. Saya takjub dengan kekayaan budaya Tana Toraja, pengalaman pertama kali melihat acara Rambu'Solo ini mengukuhkan kembali jika Indonesia luar biasa 'berbahaya'.

Komentar