Pernah ke pesantren ? hmm... kalau sudah, maka pertanyaan selanjutnya adalah sudah pernah ke pesantren waria ?
Saat di undang dalam Konferensi mengenai Kesehatan Reproduksi di Jogjakarta tahun lalu, saya memilih untuk field trip ke pesantren waria. Menarik bagi saya, untuk mengetahui bagaimana kehidupan mereka dan cara sosialisasi mereka di masyarakat. Dengan menggunakan bis ukuran sedang para peserta field trip di berangkatkan dari kampus UGM.
Dalam perjalanan menuju pesantren waria, salah seorang transgender dari Thailand (kalau tidak salah) memberikan testimoninya mengenai kehidupannya. Beberapa orang di bis, termasuk saya juga memberikan masukan dan pandangan mengenai kehidupan transgender yang harus disikapi sesuai kodratnya sebagai manusia.
Sekitar 30 menit, akhirnya saya tiba di sebuah gang dan saat kami turun kami disambut oleh rombongan marawis ibu-ibu yang sudah bersiap memukulkan gendangnya. Tidak hanya itu, kami juga disambut dengan tarian Jawa yang ditarikan oleh salah seorang santri disana.
Di pintu masuk pesantren terpampang plang kecil yang bertuliskan "Pesantren Khusus Waria Senin Kamis". Namanya Senin Kamis karena kegiatan mereka dilakukan pada hari Senin dan Kamis. Biasanya akan diisi oleh tausiyah dan kegiatan ibadah lainnya dengan mendatangkan ustad dan ustadzah.
Mereka bercerita, kalau di pesantren ini mereka belajar agama dengan tenang karena selain dilengkapi dengan prasarana yang baik mereka juga memperoleh dukungan dari warga sekitar yang tidak diskriminatif dengan keberadaan mereka.
Mereka juga membantu teman-teman yang beragama lain untuk menjalankan ibadahnya. Bagi saya pribadi, trip ini berkesan karena menyadarkan saya sebagai manusia agar tidak bersikap diskriminatif terhadap kaum transgender dan membuka mata bahwa mereka juga memiliki kesungguhan untuk mengenali sang Penciptanya sama seperti saya. Alunan tembang jawapun mengiringi langkah kami meninggalkan sebuah gang kecil di Jogja yang penuh dengan kebersamaan dalam keberagaman
Komentar