Begawan Solo Riwayatmu Kini Sedari Dulu Jadi Perhatian Insani...
Alunan lagu Begawan Solo mengalun pelan dibenak saat mengunjungi kota Solo awal November lalu. Sejak membaca twitter Wendi Putranto teman saya yang sekarang menjadi Editor di majalah Rolling Stone mengenai Lokananta, saya penasaran ingin menjejakkan kaki disana.
Akhirnya saya sempat ke Lokananta menjelang akhir perjalanan di kota Jokowi ini. Kesan saya pertama kali melihat Lokananta, terlihat kesan megah namun tak terawat. Saya pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam gedung yang berdiri pada era Orde Lama, sayup-sayup terdengar keramaian anak-anak bermain Futsal di halaman belakang. Saya menenemui salah satu penjaga yang ada disana, dia bersedia untuk menjadi tour guide saya untuk melihat-lihat Lokananta.
Tampak Depan Lokananta Mas Denny (kalau tidak salah nama penjaga Lokananta, maaf saya suka lupa dengan nama orang mengajak saya menyusuri ruangan-ruangan di dalam Lokananta. Salah satunya adala ruangan yang memajang vinly yang bergambar Presiden RI Pertama Ir. Soekarno. Mas Denny bercerita, dahulu pidato rekaman Bung Karno di rekam disini juga salah satunya adalah saya dapati saat ini di Lokananta.
Sayang saya tidak memiliki waktu yang panjang untuk mendengarkan rekaman Pidato tersebut. Sudah terbayang bagaimana isi Pidatonya pasti tidak akan membuat ngantuk para siswa SMP karena membangkitkan semangat kebangsaan. Saya menelusuri lagi gedung yang berbentuk kotak dengan taman di tengah-tengahnya, salah satu ruangan yang Saya masuki adalah ruangan penyimpanan piringin hitam. Takjub melihatnya, berbagai lagu-lagu daerah di simpan di ruangan yang bisa dikatakan tidak layak untuk menyimpan Masterpiece seperti ini. Mas Denny bercerita, bahwa dahulu hampir semua musisi ternama rekaman di Lokananta dan karena pada waktu itu musik daerah merupakan musik yang dominan maka banyak musisi lokal yang terangkat namanya kalau sudah rekaman di Lokananta. Saya pandangi satu-satu piringan hitam yang disusun berjejer, saya temukan nama Waldjinah dan Slyvia Sartje di cover piringan hitam tersebut. Ketika Saya tanya apakah ini sudah dipindahkan ke CD, mas Denny pun menjelaskan bahwa sekarang sudah dipindahkan ke CD dan tidak berupa piringan hhitam saja. Mendengar penjelasannya, Saya pun bernapas lega karena hal itu akan memudahkan generasi saat ini untuk mengetahui sejarah perjalanan musik Indonesia. Jangan hanya mengerti K- Pop yang saat ini diagung-agungkan dan menjadi contoh bagi BoyBand dan Girl Band yang muncul di acara musik pagi.
Tempat Penyimpanan Piringan Hitam
Saya kira tour saya ke Lokananta sudah berakhir,sampai Mas Denny mengajak ke ruang rekaman di Lokananta . Ragu-ragu Saya menerima ajakannya, namun rasa penasaran meringankan langkah saya menuju gedung yang terletak sebelah kanan. Saya hanya bisa tercengang melihat studio rekaman yang megah ini. Kesan megah tetap tertangkap saat saya masuk di ruangan rekaman ini. "Mba kalau mau rekaman juga bisa disini ..." seloroh mas Denny bercanda. Mas Denny menjelaskan kalau peralatan rekaman seperti ini hanya ada dua di Indonesia dan kualitasnya bagus. Jadi terbayang kalau jaman dulu, pasti penyanyi-penyanyi bangga sekali bisa rekaman di Lokananta.
Usai menelusuri Lokananta, Saya menjadi yakin kalau gerakan #SaveLokananta dan #sahabatlokananta menjadi sebuah gerakan yang memang perlu didukung oleh seluruh lapisan masyarakat karena Lokananta menjadi bukti sejarah perjalanan karya-karya besar musisi Indonesia.Kalau bukan kita siapa lagi yang akan menyelamatkan industri musik Indonesia ?
Tampak Depan Lokananta Mas Denny (kalau tidak salah nama penjaga Lokananta, maaf saya suka lupa dengan nama orang mengajak saya menyusuri ruangan-ruangan di dalam Lokananta. Salah satunya adala ruangan yang memajang vinly yang bergambar Presiden RI Pertama Ir. Soekarno. Mas Denny bercerita, dahulu pidato rekaman Bung Karno di rekam disini juga salah satunya adalah saya dapati saat ini di Lokananta.
Sayang saya tidak memiliki waktu yang panjang untuk mendengarkan rekaman Pidato tersebut. Sudah terbayang bagaimana isi Pidatonya pasti tidak akan membuat ngantuk para siswa SMP karena membangkitkan semangat kebangsaan. Saya menelusuri lagi gedung yang berbentuk kotak dengan taman di tengah-tengahnya, salah satu ruangan yang Saya masuki adalah ruangan penyimpanan piringin hitam. Takjub melihatnya, berbagai lagu-lagu daerah di simpan di ruangan yang bisa dikatakan tidak layak untuk menyimpan Masterpiece seperti ini. Mas Denny bercerita, bahwa dahulu hampir semua musisi ternama rekaman di Lokananta dan karena pada waktu itu musik daerah merupakan musik yang dominan maka banyak musisi lokal yang terangkat namanya kalau sudah rekaman di Lokananta. Saya pandangi satu-satu piringan hitam yang disusun berjejer, saya temukan nama Waldjinah dan Slyvia Sartje di cover piringan hitam tersebut. Ketika Saya tanya apakah ini sudah dipindahkan ke CD, mas Denny pun menjelaskan bahwa sekarang sudah dipindahkan ke CD dan tidak berupa piringan hhitam saja. Mendengar penjelasannya, Saya pun bernapas lega karena hal itu akan memudahkan generasi saat ini untuk mengetahui sejarah perjalanan musik Indonesia. Jangan hanya mengerti K- Pop yang saat ini diagung-agungkan dan menjadi contoh bagi BoyBand dan Girl Band yang muncul di acara musik pagi.
Tempat Penyimpanan Piringan Hitam
Saya kira tour saya ke Lokananta sudah berakhir,sampai Mas Denny mengajak ke ruang rekaman di Lokananta . Ragu-ragu Saya menerima ajakannya, namun rasa penasaran meringankan langkah saya menuju gedung yang terletak sebelah kanan. Saya hanya bisa tercengang melihat studio rekaman yang megah ini. Kesan megah tetap tertangkap saat saya masuk di ruangan rekaman ini. "Mba kalau mau rekaman juga bisa disini ..." seloroh mas Denny bercanda. Mas Denny menjelaskan kalau peralatan rekaman seperti ini hanya ada dua di Indonesia dan kualitasnya bagus. Jadi terbayang kalau jaman dulu, pasti penyanyi-penyanyi bangga sekali bisa rekaman di Lokananta.
Usai menelusuri Lokananta, Saya menjadi yakin kalau gerakan #SaveLokananta dan #sahabatlokananta menjadi sebuah gerakan yang memang perlu didukung oleh seluruh lapisan masyarakat karena Lokananta menjadi bukti sejarah perjalanan karya-karya besar musisi Indonesia.Kalau bukan kita siapa lagi yang akan menyelamatkan industri musik Indonesia ?
Komentar